Oleh : Bapak Prof. Dr. H. Imam Ghazali, MA. (Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya) dan Bapak Airlangga Pribadi Kusuma, PH. D. (Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Airlangga)
Pemateri I : Bapak Prof. Dr. H. Imam Ghazali, MA. (Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya)
Palestina disebut sebagai
“kawasan yang diberkahi” dalam Alquran dan hadis. Apabila dilihat secara
historis atau sosiologis pada masa sekarang maka diperlukan penafsiran mengenai
teks dalam Alquran dan hadis mengenai arti kata “Mubarok”. Dikarenakan pada
wilayah itu sering terjadi peperangan sehingga ada yang menafsirkan bahwa
perang tersebut adalah berkah. Lalu yang kedua diberi gelar “yang diberkahi”
dalam Al isra ayat 1 itu yang dimaksud bahwa Palestina merupakan “Mahbatul Wahy”
yang artinya tempat turunnya wahyu, ataupun “Maskanul Anbiya’” yang berarti
tempat tinggal para nabi. Lalu yang ketiga dikarenakan tempatnya subur. Hampir
semua tumbuhan yang tumbuh di daerah Timur tengah semuanya terdapat di wilayah
negeri Palestina.
Pemahaman secara historis
masjid, secara sosiologis dan historis masjid tersebut memiliki Islam. Akan
tetapi banyak yang mengira selama ini masjid tersebut bukan milik Islam seperti
yang selama ini kita ketahui. Kaum Yahudi menyebut masjid bukan seperti yang
kita kenal saat ini. Mereka menyebutkan bahwa gereja dalam kaum Yahudi juga
disebut dengan kata masjid. Sehingga ketika ada sahabat rasulullah yang
bertanya “masjid apakah yang pertama kali dibangun?” Rasulullah menjawab
“Masjidil haram” lalu kemudian dilanjutkan “Masjidil Aqsha”. Jarak pembangunan
antara 2 masjid tersebut adalah 40 tahun.
Masjid dengan kubah hitam
yang terdapat pada area Masjidil Aqsa dibangun pada saat khalifah Walid bin
Abdul Malik dari dinasti Umayyah. Ketika itu Khalifah Umar bin Khattab
menaklukkan Yerusalem pada tahun 635/636 M berhasil merubah tempat sampah
menjadi tempat sholat. Dikarenakan diyakini bahwa di tempat tersebut Nabi Daud
dan Nabi Sulaiman membangun pondasi yang disebut Harhabait (Rumah Suci).
Khalifah Umar bin Khattab
melalui Ka’ab al-Akhbar (seorang Ulama Yahudi) meminta tolong untuk menunjukkan
Di mana tempat pondasi yang telah dibangun Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Ketika
Ka’ab al-Akhbar menunjukkan tempat tersebut ternyata tempat tersebut telah
menjadi tempat pembuangan sampah. Mengapa hal itu bisa terjadi karena pada masa
itu wilayah tersebut dipimpin oleh seorang yang beragama Kristen. Telah kita
ketahui selama ini bahwa wa kau Christiani sangat membenci kaum Yahudi karena
mereka menganggap bahwa kaum Yahudi telah menyalib Tuhannya.
Berdasarkan perjalanan
historisnya bangunan tersebut sejatinya memang tempat ibadah kemudian dirubah
menjadi tempat sampah lalu di berubah kembali menjadi di masjid pada
pemerintahan Umar bin Khattab hingga saat ini. Maka dari itu bangunan tersebut
dijaga mati-matian oleh warga Palestina. Pada tahun 1947/1948 M yang menjadi
penengah antara konflik Israel dan Palestina yakni perserikatan bangsa-bangsa
sehingga didapatkan jalan tengah yaitu dibaginya wilayah Yerusalem. Wilayah
Yerusalem Timur diduduki oleh bangsa Arab sedangkan wilayah Yerusalem barat
diduduki oleh bangsa Yahudi. Setelah tahun 1967 dimana perang besar terjadi
sehingga kaum Yahudi Israel berhasil menduduki dataran tinggi Gholan yang
terjadi adalah perang-perang kecil. Disebut perang kecil karena perang tersebut
tidak sampai membuat Israel berhasil menduduki wilayah Palestina.
Tidak akan terjadi
perdamaian antara dua wilayah tersebut apabila masing-masing kelompok masih
bersih teguh terhadap pendapat wilayahnya sehingga harus mencari jalan keluar
seperti contohnya berdasarkan hukum internasional.
Pemateri II : Bapak Airlangga Pribadi Kusuma, PH. D. (Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Airlangga)
Bapak Airlangga Pribadi
Kusuma memberikan masukan tidak berdasarkan aktif religius atau teologis karena
dianggap bukan sebagai ahlinya. Akan tetapi beliau memberikan masukan dalam
perspektif analisis, ekonomi politik, historis dan geopolitik. Substansial
masalah antara Palestina dan Israel bukan merupakan masalah agama akan tetapi
beberapa pihak baik Israel dan Palestina menggunakan masalah ini sebagai
pembenaran pada posisi mereka. Bapak Airlangga tidak menggunakan istilah
konflik karena hal ini hanya sebuah tindakan kolonialisme antara Israel dan
Palestina. Seperti yang kita ketahui banyak negara-negara di luar sana yang
telah memberikan dukungannya secara terang-terangan terhadap kemerdekaan
Palestina. Dan juga ternyata banyak intelektual Yahudi yang telah mengakui
bahwa yang dilakukan negaranya selama ini merupakan bentuk kolonialisme. Bahkan
pada saat ini terdapat suatu kelompok sejarawan muda Yahudi yang sedang
melakukan penelitian dan juga dekonstruksi atau sejarah klaim-klaim tentang
zionisme yang lebih mengarah ke ideologis daripada ilmiah. Klaim-klaim tersebut
digunakan dalam konteks penjajahan Israel ke Palestina dengan menggunakan
logika tentang “Security True Dominance”. Sepinya apa yang selama ini dilakukan
Israel adalah suatu bentuk pencarian security atau keamanan dengan cara
melakukan ekspansi terus-menerus guna memperkuat wilayah yang diduduki mereka.
Apabila dilihat dari
perspektif sejarah bagaimana persoalan penjajahan Israel-Palestina merupakan
salah satu bentuk okupasi yakni bagian dari efek rasialisme yang berkembang
begitu kuat dalam sejarah Eropa dan berlangsung cukup panjang. Yakni dimulai
ketika perang salib awal sampai peristiwa Holocaust di Jerman. Pendiri
komunitas zionisme Theodor Herzl telah membuka perbincangan mengenai persoalan
kaum Yahudi di Eropa. Ia bertanya “bagaimana posisi Yahudi yang selalu
mengalami rasialisme atau tidak dianggap sebagai warga Eropa” banyak hal yang
terjadi seperti diskriminasi dan pembunuhan yang terjadi atas kaum Yahudi di
Eropa. Mereka menganggap bahwa jalan keluarnya dengan cara merelakan
kewarganegaraannya sebagai warga Eropa. Akan tetapi Theodore Hertzl ingin
menciptakan komunitas yang dapat memberikan Rasa aman terhadap warga Yahudi.
Pemikirannya tersebut dipublikasikan pada surat media milik Yahudi, tetapi
masukan tersebut ditolak oleh para redaktur dikarenakan memiliki argumentasi
yang lemah, pemikiran tersebut tidak sejalan dengan aspirasi kebanyakan kaum
Yahudi. Karena lemahnya dukungan maka Theodor Hertzl melakukan pencarian
dukungan terhadap beberapa para petinggi di Eropa terutama bangsa Inggris
dengan memberikan catatan tambahan bahwa “apabila mereka telah berhasil
ditempatkan pada suatu teritorial tertentu sebagai bangsa milik mereka sendiri
seperti di Israel di wilayah Arab, Afrika di Uganda maupun di Amerika wilayah
Argentina”. Israel memberikan perjanjian bahwa “Israel mengakui adanya
supremasi Eropa sebagai peradaban besar dan juga Israel akan menjadi penyambung
lidah bangsa Eropa dengan negeri yang dijajah bangsa Eropa”.
Bangsa Israel dibentuk
bukan berdasarkan keinginan rakyat akan tetapi dari sebuah dukungan atau sebuah
utusan peradaban kolonial. Kebetulan pada saat itu Yahudi mendapatkan
diskriminasi dari beberapa negara Eropa sehingga menyebabkan terjadinya proses
migrasi yang didukung oleh kolonialisme dan imperialis. Pada saat itu perang
Dunia pertama telah terjadi ketika bangsa Utsmani berperang melawan Inggris.
Banyak para elit Arab yang yang merasa bahwa wilayahnya telah diambil kekuasaan
oleh utsmaniyah maka para petinggi Arab
tersebut mau diajak bekerjasama untuk membangun komitmen terhadap bangsa
Inggris, masuk Palestina. Pun berjanji bahwa apabila berhasil memenangkan
peperangan terhadap Khilafah Utsmaniyyah maka Inggris akan memberikan
kemerdekaan terhadap bangsa Arab. Akan tetapi pada tahun 1917 Inggris telah
menghianati komitmen tersebut sehingga memunculkan kemarahan bangsa-bangsa
Arab. Salah satu klub dari kaum zionis yang bertujuan untuk melemahkan
Palestina adalah bahwa Palestina bukan merupakan sebuah bangsa tanahnya tak
berpenghuni atau tak bertuan meskipun terdapat penghuninya tetapi mereka tidak
memiliki peradaban. Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan janji yang
telah dikeluarkan Kerajaan Inggris untuk memberikan komitmen terhadap suatu
komunitas yang bukan bangsa. Apabila Palestina dianggap bukan sebagai bangsa
mengapa warga Palestina diberikan janji kemerdekaan. Sebenarnya hal itu mudah
dilakukan apabila kita mengetahui tentang fakta-fakta historis sehingga kita
hanya dapat memberikan wacana bukan sebuah janji seperti yang dikeluarkan oleh
kerajaan Inggris.
Awalnya warga Yahudi
hanya melakukan pembelian terhadap tanah-tanah di Palestina kepada kerajaan
Inggris. Kegiatan pembelian tersebut juga diikuti dengan kegiatan blokade
ekonomi terhadap warga Palestina. Ketika komunitas Yahudi yang berada di di
tanah Palestina semakin banyak mereka mulai membuat sebuah komunitas bisnis
yang memberikan persyaratan bahwa tidak melakukan kerjasama dengan warga
Palestina. Hal tersebut juga dilanjutkan dengan pembentukan kelompok angkatan
bersenjata tujuan untuk melakukan teror terhadap warga Palestina.
Pada tahun 1948 terjadi
peristiwa an-Naqbah, yaitu peristiwa pengusiran besar-besaran warga Palestina
dari tanah Palestina. Peristiwa tersebut juga diakui sendiri oleh bangsa Israel
dan juga kegiatan teror terhadap warga Palestina yang dilakukan oleh angkatan
bersenjata tersebut. Pada tahun tersebut Israel telah melakukan beberapa kali
pelanggaran hukum hukum internasional yang berlaku pada saat itu.
Bahkan pada perjanjian
OSLO pada tahun 1983 banyak dari
kalangan Arab Palestina yang bahkan bukan beragama Islam tidak mendukung
perjanjian tersebut. Penyerangan tersebut bukan hanya terjadi di dalam bentuk
koersi akan tetapi juga dalam bentuk hegemoni. Hegemoni pengetahuan yang
pertama kali dilakukan oleh seorang ilmuwan Yahudi. Dia menekankan bahwa dalam
kajian zionisme yang urgensi adalah kecakapan dalam intelektual untuk menggali
metodologi historis Yahudi dan zionis yang diikuti dengan pemahaman yang benar
mengenai zionisme. Sehingga siapapun yang menulis mengenai zionisme adalah orang
yang benar-benar mengetahui apa itu zionisme. Hal tersebut menjadi dogma utama
dalam mempelajari zionisme. Disebutkan Israel mengenai bahwa tanah Palestina
tidak bertuan atau tidak memiliki peradaban itu salah. Sebelum adanya Israel di
tanah Palestina telah terjadi apa itu toleransi. Terdapat berbagai macam agama
di Palestina seperti Islam dan Kristen dan mereka hidup rukun berdampingan
bagan orang Kristen mengakui bahwa mereka merupakan orang-orang Palestina.
Sementara para ahli yang
melakukan kritik terhadap politik kolonialisme dan imperialisme dan apartheid
yang terjadi di Palestina mereka semua berawal dari sifat kemanusiaan. Sehingga
sebenarnya banyak dari mereka yang juga melakukan gugatan terhadap praktik
tersebut yang dilakukan oleh zionisme selama ini. Gugatan ini berdasarkan
sosial modern yang bersifat kemanusiaan yang artinya bukannya kita menolak
perundingan akan tetapi pilihan terhadap perdamaian sangat penting dan yang
paling penting adalah bahwa kedua belah pihak mengakui posisi-posisi mereka
dalam kedudukan historis karena apabila jika tidak maka yang terjadi adalah
ekspansi akan dilakukan terus-menerus dilakukan Israel terhadap bumi Palestina
dengan melakukan pengusiran terhadap warga kemudian ekspansi tersebut akan di
legitimasi.
0 Komentar