Raja Airlangga terkenal sebagai raja bijaksana dan adil di negerinya Daha. Rakyat Daha adalah penganut agama Hindu yang selalu mengadakan upacara keagamaan Hari Raya Nyepi dan Hari Raya Galungan. Mereka pergi ke pura untuk menghadap Sang Hyang Widi Wasa.[i] Perbedaan antarkasta, baik kasta Sudra, Waisya, Satria, maupun kasta Brahmana, bukan penghalang bagi rakyat Daha untuk saling menghormati.[ii] Raja Airlangga juga mengunjungi Desa Girah sejak kemarin yang jaraknya cukup jauh dari Kerajaan Daha, tetapi desa itu mendapat perhatian dari kerajaan. Desa terkenal subur dalam pertanian menanam padi. Di ujung desa terdapat rumah terpencil yang jauh dari para tetangga yang dihuni oleh seorang janda bernama Ki Rangda yang dijuluki dengan Calon Arang dan anaknya, Ratna Manggali.[iii]
Hidup terasing karena beragama Budha
yang penduduk lainnya mayoritas Hindu serta penduduk di situ kurang suka dengan
penampilan Calon Arang yang selalu curiga dan memasang sikap bermusuhan. Calon
Arang menuntut ilmu sihir yang sesat kepada Hyang Bagawati, Dewi Durga. Ia
tidak tahu kepada siapa dendam itu harus dilampiaskan karena pembunuh suaminya
tidak pernah dapat dilacak dan anaknya kesulitan mendapat jodoh yang menjadi
kesedihan sekaligus penyesalan terus-menerus.[iv]
Calon Arang mengeluarkan ilmu sihir
dengan mengajak semua muridnya untuk menari pada tengah malam di jalan
perempatan sambil membunyikan musik kemanak. Setelah menari, mereka pulang ke
Girah dengan bermai-ramai sampai di rumah mereka. Tidak lama kemudian penduduk
di desa dan Kerajaan Daha mulai sakit dan banyak yang telah meninggal.[v]
Raja Airlangga yang berada di ibu kota mengentahui kondisi itu dengan hati yang
sedih dan kehabisan akal karena seluruh penduduk kerajaan banya yang mati juga
sakit terkena wabah. Para pendeta memberikan pendapat kepada Raja Airlangga
bahwa Pendeta Bharadah yang tinggal di Lemahtulis mampu menyelamatkan kerajaan
Daha. Kanuruhan mendapat tugas untuk menemui Pendeta Bharadah. Saat tiba di
lokasi ia memohon belas kasihan kepada Pendeta Bharadah untuk menyelamatkan
Kerajaan Daha yang tertimpa wabah dari Calon Arang karena Ratna Manggali tidak
mendapat lamaran dari para pemuda.[vi]
(Gambar 2: Calon Arang mengeluarkan ilmu sihir untuk menyebarkan wabah, https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1520742572/Lukisan_Calon_Arang_oa9um2.jpg diakses 20 Juli 2020)
Pendeta Bharadah memberi pendapat
bahwa muridnya bernama Bahula yang akan melamar Ratna Manggali.[vii]
Akhirnya saat tiba di rumah Calon Arang, Bahula menyampaikan Calon Arang untuk
menikahi Ratna Manggali dan menjelaskan bahwa Bahula merupakan murid Pendeta
Bharadah, hal ini membuat Calon arang bahagia.[viii]
Pernikahan antara Bahula dengan Ratna Manggali sudah terlaksana dengan lancar.
Bahula memiliki kesempatan untuk mengambil kitab yang dimiliki Calon Arang,
karena kitab itu telah disalahgunakan Calon Arang dengan ilmu sihir yang sesat.
Bahula berhasil mengambil kitab tersebut karena petunjuk dari Ratna Manggali.[ix]
Keesokan harinya Pendeta Bharadah
sampai di tengah Desa Girah, saat tiba pendeta tersebut menemukan seorang
wanita memeluk suaminya yang telah meninggal dengan kondisi tertutup kain
tetapi Pendeta Bharadah hanya bisa mendoakan jasad suami wanita itu dan
melanjutkan perjalanan hingga malam bertemu dengan Ratna Manggali serta Bahula
yang berencana menghentikan ilmu sihir sesat Calon Arang.[x]
Pendeta Bharadah membacakan doa dan matra, saat Calon Arang mendengarkannya dan
Calon Arang kalah dan tubuhnya semakin melemah dan akhirnya meninggal.
Meninggalnya Calon Arang berarti hilangnya kutukan pada seluruh penduduk. Tanah
yang gersang kembali subur. Hujan turun menyirami tanah Kerajaan Daha yang
gersang. Padi-padi kembali menghijau, dan rumput terhampar bagaikan permadani.
Wabah penyakit lenyap seketika ditelan bumi.[xi]
Pada hari lusa telah diadakan acara
upacara puja wali, upacara persembahan sebagai tanda terima kasih kepada Sang
Hyang Widi, seluruh pura, tempat suci di Kerajaan Daha dibersihkan. Upacara
yang dipimpin oleh Pendeta Bharadah berjalan sangat khidmat dan khusyuk.[xii]
Cerita Calon Arang termasuk bagian dari folklor yang merupakan sebagian
kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun.
Folklor merupakan cermin diri dan kebiasaan manusia secara kolektif.[xiii]
Folklor sebagai media pendidikan mengacu pemanfaatan bentuk folklor sebagai
sarana mengajarkan pelajaran kepada siswa, sedangkan folklor sebagai sumber
pendidikan mengacu pada pemanfaatan isi folklor sebagai bahan pelajaran kepada
siswa.[xiv]
Cerita Calon Arang merupakan bagian
dari sastra lisan (folklor lisan) dari kajian terhadap karya sastra lisan
sangat penting karena merupakan perbendaharaan pemikiran warisan nenek moyang
yang berguna untuk masa sekarang. Cerita prosa rakyat bagian dari folklor lisan
Indonesia diceritakan secara turun temurun, bentuknya merupan mite, legenda,
dan dongeng.[xv] Dari
cerita Calon Arang yang membahas wabah, terjadi di dunia nyata yang sekarang
terjadi yang di mulai pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama
kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih
belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di
Wuhan. Tanggal 18 Desember hingga Desember 2019, terdapat lima pasien dirawat
dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Sejak 31 Desember 2019
hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya
sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu bulan, penyakit ini telah menyebar di
berbagai provinsi lain di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.[xvi]
Sampel yang diteliti menunjukkan
etimologi coronavirus baru. Awalnya penyakit ini dinamakan sementara sebagai
2019 novel coronavirus (2019-Ncov), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11
Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh Virus
Severe Acute Respiratory Sydrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia
dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori
lainnya. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik. Hingga
tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di
seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus denegan positif
COVID-19 dan 136 kasus kematian. Tingkat moralitas COVID-19 di Indonesia
sebesar 8,9%, merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara.[xvii]
(Gambar 3: Pasien COVID-19 dirawat di Rumah sakit serta menjalani karantina, https://static.buana.news/wp-content/uploads/2020/04/17-41-18-images.jpg diakses 20 Juli 2020)
Gejala virus ini berupa demam, batuk,
dan sesak napas. Hingga bisa menyebabkan infeksi pada paru-paru sekaligus
kesulitan bernapas. COVID-19 ditularkan melalui melalui kontak langsung dengan
percikan dari saluran napas orang yang terinfeksi (yang keluar melalui batuk
dan bersin). Orang juga dapat terinfeksi karena menyentuh permukaan yang
terkontaminasi virus ini lalu menyentuh wajahnya seperti mata, hidung, dan
mulut. Virus COVID-19 dapat bertahan di atas permukaan benda dalam waktu
beberapa jam tetapi dapat dibunuh dengan disinfektan biasa.[xviii]
Pemerintah Indonesia telah menetapkan
wabah COVID-19 sebagai bencana nasional sejak tanggal 14 Maret 2020, pemerintah
menekan laju penularan COVID-19 yaitu mengeluarkan kebijakan berupa pemberian
asimilasi dan hak integrasi bagi narapidana dan anak melalui Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahu 2020 dan Keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor 19/PK/01/04/2020. Kebijakan tersebut diambil dengan
pertimbangan matang bahwa hampir semua lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan
di tanah air kelebihan kapasitas, sehingga rentan dengan ancaman COVID-19 dan
sesuai dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar.[xix]
Masyarakat harus mawas diri dari aksi
kriminalitas. Karena kondisi ekonomi saat ini carut-marut di tengah pandemi
COVID-19, pengangguran banyak, hidup susah sehingga menjadikan potensi
kriminologinya besar sekali. Maka tak heran sejumlah narapidana nekat berulah
kembali.[xx]
Dari peristiwa terjadinya COVID-19
yang berdampak pada keamanan Indonesia karena banyak narapidana dibebaskan
dengan alasan kelebihan kapasitas di rumah tahanan. Cerita Calon Arang memiliki
peran besar pada edukasi menghadapi COVID-19 dengan tradisi bercerita atau
mendongeng yang terdapat dalam masyarakat kini mulai menghilang. Adanya
kegiatan mendongeng cerita Calon Arang mempunyai banyak sisi positif dalam
penanaman karakter anak menghadapi COVID-19 untuk mengutamakan kesehatan dan
menumbuhkan jiwa tolong-menolong pada masyarakat sekitar tetap mematuhi
protokol kesehatan mencegah COVID-19.[xxi]
(Gambar 4: Seorang Ayah menceritakan dongeng kepada dua anaknya di rumah, https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/styles/hero_desktop/public/WhatsApp%20Image%202020-04-01%20at%2019.34.35_0.jpeg?itok=YlR_014f diakses 20 Juli 2020)
[i] Mu’jizah, Calon
Arang dari Jirah. (Jakarta: DepartemenPendidikan
dan Kebudayaan , 1995), hlm. 3.
[ii] Ibid.,
hlm. 4.
[iii] Ibid.,
hlm. 9.
[iv] Ibid.,
hlm. 10-11.
[v] Poerbatjaraka,
Calon Arang Si Janda dari Girah. Terj. Soewito Santoso, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), hlm. 19-20.
[vi] Ibid.,
hlm. 27-29.
[vii] Ibid.,
hlm. 29.
[viii] Ibid.,
hlm. 30-31.
[ix] Ibid.,
hlm. 33-35.
[x] Mu’jizah, Calon
Arang dari Jirah. (Jakarta:
DepartemenPendidikan dan Kebudayaan , 1995), hlm. 51-52.
[xi] Ibid.,
hlm. 56-58.
[xii] Ibid.,
hlm. 61-63.
[xiii] Endaswara,
Suwardi, Folklor Nusantara (Hakikat, Bentuk, dan Fungsi), (Yokyakarta:
Penerbit Ombak, 2013), hlm. 2.
[xiv] Ibid.,
hlm. 5.
[xv] Ibid.,
hlm. 47.
[xvi] Susilo, Adityo
dkk. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. (Depok:
Universitas Indonesia, 2020), hlm. 45. (http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/415
diakses 20 Juli 2020).
[xvii] Ibid.,
hlm. 45-46.
[xviii] Pesan dan
Kegiatan Utama Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Sekolah, (UNICEF,
Maret 2020), hlm. 2. (www.who.int
diakses 20 Juli 2020).
[xix] Anwar,
Muhammad. Asimilasi dan Peningkatan Kriminalitas Di Tengah Pembatasan Sosial
Berskala Besar Pandemi Corona. (Banten: Universitas Pamulang, 2020), hlm.
102-103. (http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/15504
diakses 20 Juli 2020).
[xx] Ibid.,
hlm. 105
[xxi]
Ilminisa, Ranggi Ramadhani. Bentuk Karakter Anak Melalui Dokumentasi Folklor
Lisan Kebudayaan Lokal, (Malang: Universitas negeri Malang, 2016), hlm.
996. (http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6353
diakses 20 Juli 2020)
Daftar Pustaka
Anwar, Muhammad. Asimilasi dan Peningkatan
Kriminalitas Di Tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar Pandemi Corona.
(Banten: Universitas Pamulang, 2020), (http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/15504
diakses 20 Juli 2020).
Endaswara, Suwardi, Folklor Nusantara (Hakikat,
Bentuk, dan Fungsi), Yokyakarta: Penerbit Ombak, 2013.
Ilminisa, Ranggi Ramadhani. Bentuk Karakter Anak
Melalui Dokumentasi Folklor Lisan Kebudayaan Lokal, Malang: Universitas
negeri Malang, 2016. (http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6353
diakses 20 Juli 2020).
Mu’jizah, Calon Arang dari Jirah. Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan
, 1995.
Pesan dan Kegiatan Utama Pencegahan dan Pengendalian
Covid-19 di Sekolah,
UNICEF, Maret 2020.(www.who.int
diakses 20 Juli 2020).
Poerbatjaraka, Calon Arang Si Janda dari Girah.
Terj. Soewito Santoso, Jakarta: Balai
Pustaka, 2010.
Susilo, Adityo dkk. Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Depok: Universitas Indonesia, 2020. (http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/415
diakses 20 Juli 2020).
Biodata Penulis
Faiqotus Silvia lahir di Kediri, Jawa Timur, 24 Juni 1999. Saat ini menempuh S-1 Sejarah Peradaban Islam di Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Ampel Surabaya. Berhasil menulis buku Kobaran Api Sejarah membahas tentang “Biografi KH.Ihsan” 2019 dan Peserta Sayembara Kreasi Panji Milenial 2019 mendapat undangan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah untuk menerima penghargaan DESAINER AKSESORIS/PERNAK-PERNIK “Tote Bag Kisah Panji Dalam Kenangan”. Hobi menggambar sekaligus desain grafis dapat mengkombinasikan Ilmu Sejarah.
0 Komentar