#GeschiedenisTour2021

Oleh : Laretza dan Fitri

Geschiedenis tour atau kunjungan bersejarah yang merupakan kegiatan tahunan Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam. Kegiatan ini berlangsung pada hari Ahad, 21 Maret 2021 dengan beberapa tujuan yaitu Makam Belanda Peneleh, Lawang Seketeng, dan Kampung Lawas Maspati. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal sejarah yang ada di daerah Surabaya lebih dekat lagi.

Makam Belanda Peneleh

Lokasi pertama yang kita kunjungi adalah Makam Belanda Peneleh. Makam ini merupakan makam tertua yang ada di Jawa Timur dan dikhususkan untuk orang-orang Eropa yang meninggal di Surabaya. Keunikan yang ada di tempat ini yaitu masing-masing nisan memiliki  ciri tersendiri dan perbedaan batu nisan menggambarkan tentang status sosial. Dalam satu makam dapat berisikan beberapa orang dan sayangnya terdapat makam-makam berlubang. Hal ini dikarenakan keluarga membawa mayatnya kembali ke Belanda.

Lawang Seketeng

Desa bersejarah ini diresmikan pada Senin, 11 November 2019. Sebenarnya desa ini merupakan cikal bakal perkampungan yang ada di Surabaya. Ada banyak atraksi menarik untuk dikunjungi, termasuk Langgar Dukur Kayu berusia 126 tahun di mana Anda bisa membaca Alquran Presiden Soekarno dan tempat ini juga merupakan tempat mengaji H.O.S Tjokroaminoto. Ada keberadaan Langgar Dukur Kayu, juga para pejuang dan kuda terakota, sumur tua, makam Mba Pitono, makam Mba Dimo, makam Syekh Zen Zayni Asegaf, rumah kayu, rumah Jengki dan Pu ' sebuah Istana, yang merupakan pusat daya tarik wisata. Rumah Jengki di Kampung Lawang Seketeng juga ada dan perlu diperhatikan. Maklum, gedung yang dibangun pada 1950-an ini memang menyampaikan pesan tersembunyi kepada sang arsitek. Rumah Jengki adalah salah satu cara arsitek Indonesia merayakan kemerdekaan.

Arsitek ini membangun rumah dari adat kolonial. Rumah itu unik, tapi tetap artistik. Adapun yang menonjol didalam kampung lawang seketeng Salah satunya kehadiran Sumur Jobong di kawasan Gang Pandean 1 Desa Peneleh, Kecamatan Gandeng, Surabaya, RT 1 RW 13. Sumur Jobong pertama kali ditemukan pada 31 Oktober 2018. Ada proyek gorong-gorong di daerah itu saat itu.

Kampung Lawas Maspati

Sebagai kota metropolis, di kota Surabaya. Kota ini memiliki sejarah yang panjang. Beberapa desa ada selama ratusan tahun sebelum Belanda menguasai kota. Desa Maspati adalah salah satunya, sekitar 200 meter dari Tugu Pahlawan. Desa ini sudah ada sejak abad ke-17. Dulunya diyakini sebagai kediaman Tumongon dan Adipati di Surabaya, Jawa Timur. Itu saja, sulit dilacak kapan istana muncul. Nama Maspati sendiri berasal dari kata mas yang berarti massa atau pati dalam bahasa Indonesia, dan berasal dari kata duke atau patih. Desa ini merupakan kediaman para abdi dalem Keraton Surabaya. Mereka ditempatkan di sini dekat istana sehingga mereka bisa cepat ke sana saat dibutuhkan.

Karena penduduk desa menjaga tingkat kesadaran yang tinggi akan nilai sejarah, bangunan kuno penting dan peninggalan budaya kerajaan terus dirawat. Misalnya, rumah milik Raden Soemomihardjo, salah satu tokoh di Keraton Surakarta, dulunya adalah perawat biasa bagi warga Maspati. Ada pula Sekolah  Ongko Loro merupakan sekolah pribumi pertama di Surabaya di bawah pimpinan Hindia Belanda dan merupakan hasil diskusi dengan tokoh muda Surabaya yaitu W.R. Supratman dan beliau juga menjadi guru pertama di sekolah tersebut. Dinamakan Sekolah Ongko Loro karena sekolahnya hanya berlangsung selama dua tahun. Selain itu, tempat ini merupakan bekas gedung Sekolah Rakyat zaman Belanda, atau rumah tahun 1907 yang digunakan anak muda di Surabaya untuk merumuskan strategi tempur, pada 10 November 1945.

Selain memamerkan tempat wisata berupa bangunan bersejarah, berkunjung ke TemanBaik juga bisa menyaksikan aktivitas keseharian warga, seperti mendaur ulang sampah, mengolah air limbah atau belajar membuat produk pedesaan berkualitas seperti sirup markisa, minuman herbal dan agar-agar. Adanya area 3D sekali lagi membuktikan kreativitas warga Kampung Lawas Maspati, saat berkunjung ke kampung tersebut bisa menjadi daya tarik fotografi kekinian. Toga juga memiliki sudut khusus, selain digunakan sebagai tanaman obat juga dapat menunjang perekonomian masyarakat. Kampung Ravas Maspati bukan hanya desa wisata, tapi juga prestasi yang luar biasa. Baru-baru ini, pada Agustus 2018, desa ini menjadi perwakilan Jawa Timur dalam penggunaan toga dan akupresur.

Posting Komentar

0 Komentar